ACARA III
PENGUJIAN VIABILITAS DAN KONDISI BENIH
PENGUJIAN VIABILITAS DAN KONDISI BENIH
I.
Tujuan
1. Mengetahui
dan menentukan viabilitas benih
2. Mengetahui
dan menentukan kondisi benih
II.
Waktu
dan Lokasi
Praktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2015 di Laboratorium Silvikultur Intensif
Klebengan, Yogyakarta.
III.
Dasar Teori
Benih bermutu (viable seed) adalah benih yang mampu berkecambah dalam kondisi
lingkungan yang cukup baik. Benih yang bermutu juga harus mampu menghasuilkan
bibit yang berkualitas tinggi, yaitu dapat tumbuh dengan baik serta tahan
terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Banyak faktor yang
mempengaruhi mutu suatu benih, antara lain adalah :
1. Sumber
benih
Benih yang diambil dari
pohon induk yang mempunyai kenampakan dan genetik baik diharapkan akan
mempunyai kualitas benih yang baik pula.
2. Tingkat
pemasakan pada waktu pemanenan
Untuk menghasilkan
benih yang bermutu, pemanenan atau pengumpulan benih harus dilakukan setelah
benih tersebut masak.
3. Penanganan
paska panen
Kegiatan-kegiatan,
pengangkutan harus dilakukan secepatnya setelah benih tersebut dikumpulkan di
lapangan, ekstrasi harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan jenis
yang diekstraksi, sebelum disimpan benih harus dikeringkan terlebih dahulu,
dengan cara pengeringan yang benar, disimpan pada tempat-tempat yang sesuai.
Misalnya, suhu dan kelembabannya tidak terlalu tinggi serta bebas dari gangguan
hama dan penyakit, serta penanganan lainnya (Suryono, 2011).
Uji tertra zolium juga disebut uji
biokemis beni dan uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji
tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel
beni khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indikasi
yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah,
melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk
pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian
yang indikasinya berupa kecambah. Kegunaan uji tetrazolium antara lain untuk
mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, viabilitas benih dorman,
hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah
benih (Sadiman,
2001).
Prinsip kerja uji tertrazolium dalah
berdasarkan perbedaan warna dari benih setelah direndam daam larutan
Tertrazolium. Jaringan dalam benih itu hidup akan menghasilkan suatu reaksi
pada benih dengan menimbulkan warna merah. Sedangkan jika tidak menimbulkan
warna menunjukan bahwa benih sudah mati (Chapman dan Lark, 2005).
Beberapa metode uji cepat yang biasa
untuk menduga kulitas benih adalah uji Tetrazolium, uji hidrogen perioksida,
uji belah, metode radiografi, uji eksisi, dan uji konduktivitas. Faktor yang
mempengaruhi kesesuaian jenis terhadap metode tertentu adalah karakter, ukuran,
tipe dormansi dan ketahanan benih dalam kondisi tanpa kulit. Pengetahuan
tentang karakter benih memberikan petunjuk bagaimana benih tersebut ditangani
agar tetap memiliki vigor optimum hingga akan ditanam kembali, demikian juga
dalam pengujian kualitasnya, yaitu harus diuji dengan metode yang lebih cepat
(TZ, uji belah dan kontras radiografi) (Byrd, 1988).
IV.
Alat
dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini antara lain benih lamtoro atau sengon, pisau yang tajam, bak
kecambah atau kertas saring, oven, germinator, dan timbangan.
V.
Cara
kerja
A. Pengujian
Viabilitas benih
v Uji
langsung/ uji kecambah
-
Siapkan 10 butir benih
diulang 3 kali (total 30 butir) kemudiandilakukan skarifikasi dengan cara direndam dengan air panas.
-
Setelah itu dicambahkan
dalam bak kecambah, digunakan media kertas saringyang telah dibasahi, kemudian
masukkan kedalam germinator.
-
Amati proses
perkecambahan , hitung yang berkecambah kemudian hitung daya kecambah (viabilitas
benih).
v Uji
tak langsung/ uji belah/ uji tetrazolium
-
Siapkan 20 butir benih
diulang 3kali (total 60 benih), kemudian redam dalam air hingga kulitnya
menjadi lunak.
-
Setelah kulit lunak,
lakukan pembelahan pada 30 butir tersebut, diamati keadaan embrio, cadangan
makanan (endosperm) atau bagian
lainnya.
-
Amati embrio yang baik
yang memiliki warna putih kekuningan.
-
Hitung benih yang baik
dan yang jelek, kemudian hitung viabilitas benih dengan cara
Viabilitas benih= jumlah
benih yg diamati–jumlah benih jelek x 100%
Jumlah benih yg
diamati
-
Kemudian 30 butir
sisanya, dibelah dan direndam ke dalam larutan tetrazolium yang telah disiapkan
yaitu 2,3,5 Triphenyl Tetrazolium
Chloride + Aquades dengan perbandingan 1 : 100.
-
Setelah lebih dari 4
jam, amati perubahan warna benih yang terjadi, benih yang berwarna merah terang
menunjukan benih yang masih baik.
-
Hitung viabilitas
benih.
-
Perbandingkan ketiga
cara uji viabilitas benih.
B. Pengujian
kondisi benih
1. Menghitung
kebersihan benih
-
Ambil sempel benih
tanpa diseleksi, misal 5 gram diulang 3kali.
-
Pisahkan benih dengan
kotorannya (sayap, sisa-sisa kulit, kerikil,dll)
-
Setelah bersih
ditimbang untuk mengetahui % kebersihan benih.
-
Hitung % kebersihan
benih dengan cara
% kebersihan benih = berat
benih sempel – berat kotoran x 100%
Berat benih sempel
2. Menghitung
kemurnian benih
-
Benih yang telah
bersih, dipisahkan dari benih spesies lain.
-
Setelah murni ditimbang
untuk mengetahui kemurnian benih
-
Hitung % kemurnian
benih dengan cara
%kemurnian benih = brt
benih bersih –berat benih spesies lain x 100%
Brt benih bersih
3. Menghitung
jumlah benih berdasarkan berat
-
Dari benih yang sudah
murni, dihitung jumlah benih berdasarkan berat, misalnya dalam 1 gram terdapat
50 butir benih. Berarti dalam 1 kg benih terdapat 50.000 butir benih.
4. Menghitung
kadar air benih
-
Dari benih yang telah
murni (sebagian berat basah), keringkan di dalam oven sampai mendapatkan berat
kering konstan, dengan cara setiap hari ditimbang, 3kali penimbangan dan
dilakukan pengamatan berturut-turut hingga berat sudah tetap (konstan).
-
Hitung kadar air dengan
cara
% kadar air = berat
benih basah – berat benih kering x
100%
Berat benih basah
Atau sebaliknya
% kadar air = berat
benih basah – berat benih kering x
100%
Berat benih kering
VI.
Hasil
pengamatan
A.
Uji
Viabilitas
1. Uji
Langsung
Tabel 1. Tabel Uji
Viabilitas secara langsung
Hari ke-
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Ulangan 3
|
Rata-rata yg berkecambah
|
Viabilitas (%)
|
|||
T
|
K
|
T
|
K
|
T
|
K
|
|||
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0%
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2. Uji
Tak Langsung
Tabel 2. Tabel Uji
belah dan Uji Tetrazolium
Macam Uji
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Ulangan 3
|
Rata rata yg baik
|
Viabilitas(%)
|
|||
Baik
|
Jelek
|
Baik
|
Jelek
|
Baik
|
Jelek
|
|||
Uji Belah
|
9
|
1
|
10
|
0
|
9
|
1
|
||
Uji Tetrazolium
|
7
|
3
|
6
|
4
|
6
|
4
|
B.
Kondisi
Benih
1. Kebersihan
Benih
Ulangan
|
Berat Awal
|
Berat Kotoran
|
Berat Bersih
|
Kebersihan Benih
|
1
|
5 gr
|
0,6 gr
|
4,4 gr
|
88%
|
2
|
5 gr
|
0,5 gr
|
4,5 gr
|
90%
|
3
|
5 gr
|
0,3 gr
|
4,7 gr
|
94%
|
Rata-rata
|
90,67%
|
2. Kemurnian
Benih
Ulangan
|
Berat Bersih
|
Berat Benih Lain
|
Berat Murni
|
Kemurnian Benih
|
1
|
4,4 gr
|
0,4 gr
|
4 gr
|
90%
|
2
|
4,5 gr
|
0,6 gr
|
3,9 gr
|
87%
|
3
|
4,7 gr
|
0,7 gr
|
4 gr
|
85%
|
Rata-rata
|
87,33%
|
3. Jumlah
Benih berdasarkan Berat
Ulangan
|
Berat
|
Jumlah Benih Dalam 1 gr
|
Jumlah Benih Dalam 1 kg
|
1
|
4 gr
|
40 butir
|
40000
|
2
|
3,9 gr
|
32 butir
|
32000
|
3
|
4 gr
|
41 butir
|
41000
|
Rata-rata
|
37667
|
4. Kadar
Air Benih
Ulangan
|
Berat Murni
|
Hari
|
Kadar Air
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1
|
4 gr
|
3,8 gr
|
3,7 gr
|
3,7 gr
|
3,7 gr
|
3,7 gr
|
7,50%
|
2
|
3,9 gr
|
3,4 gr
|
3,4 gr
|
3,4 gr
|
3,4 gr
|
3,4 gr
|
12,82%
|
3
|
4 gr
|
3,8 gr
|
3,8 gr
|
3,8 gr
|
3,8 gr
|
3,8 gr
|
5%
|